Tugas
1.
Konsep
Sehat
BEBERAPA DEFINISI SEHAT SAKIT
1. DEFINISI SEHAT SAKIT MENURUT DASAR KEPERAWATAN
DEFINISI SEHAT (WHO) 1947
Sehat à Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemhan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapai merupakan penyesesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan ptoses.
Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai terhadap lingkungan sosialnya.
2. DEFINISI SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN
DEFINISI SEHAT PENDER (1982)
Sehat àPerwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas struktural.
DEFINISI SEHAT PAUNE (1983)
Sehat à Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.
Self care Resoureces à encangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care Aktions àPerilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahan kan dan menigkatkanfungsi psicososial da piritual.
3. DEFINISI SEHAT MENURUT PERSEORANGAN
pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat bervariasi.
1. DEFINISI SEHAT SAKIT MENURUT DASAR KEPERAWATAN
DEFINISI SEHAT (WHO) 1947
Sehat à Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemhan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisitetapai merupakan penyesesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan ptoses.
Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai terhadap lingkungan sosialnya.
2. DEFINISI SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN
DEFINISI SEHAT PENDER (1982)
Sehat àPerwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas struktural.
DEFINISI SEHAT PAUNE (1983)
Sehat à Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakanuntuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.
Self care Resoureces à encangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care Aktions àPerilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahan kan dan menigkatkanfungsi psicososial da piritual.
3. DEFINISI SEHAT MENURUT PERSEORANGAN
pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat bervariasi.
Faktor yang mempengaruhi diri seseorang
tentang sakit :
1.Status Pekembangan.
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon terhadap perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia.
Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengatisipasi perilaku-perilku selanjutnya.
2.Pengaruh sosial dan cultural.
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang tua keanak-anak.
Contoh : - Cina : sehat adalah keseimbangan antara Yin dan yang.
- Sosok (ekonomi rendah) flu suatu yang biasa, merasa sehat.
3. Pengalaman masa lalu.
Seseoran dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak berfungsi) membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.
4. Harapan sesorang tentang dirinya.
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat.
Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri.
*Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.
*Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.
4. DEFINISI SAKIT.
yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat.
PEMONS (1972)
Sakit à gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
BAUMAN (1965)
Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.
2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
1.Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
2.sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3.Gangguan Kesehatan.
Faktor-fktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
1. Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.
2. kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
3. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yg lain.
1.Status Pekembangan.
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon terhadap perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia.
Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi.
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengatisipasi perilaku-perilku selanjutnya.
2.Pengaruh sosial dan cultural.
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang tua keanak-anak.
Contoh : - Cina : sehat adalah keseimbangan antara Yin dan yang.
- Sosok (ekonomi rendah) flu suatu yang biasa, merasa sehat.
3. Pengalaman masa lalu.
Seseoran dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak berfungsi) membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.
4. Harapan sesorang tentang dirinya.
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat.
Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri.
*Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.
*Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.
4. DEFINISI SAKIT.
yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat.
PEMONS (1972)
Sakit à gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
BAUMAN (1965)
Seseoang menggunakan3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.
2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
1.Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
2.sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3.Gangguan Kesehatan.
Faktor-fktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat.
Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
1. Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.
2. kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
3. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yg lain.
RENTANG SEHAT SAKIT MENURUT MODEL
HOLISTIK HEALTH
SEJAHTERA SEHAT-SEHAT MENENGAH
YANG SEKALI – SEKALI NORMAL SAKIT
Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :
a. Tahap Transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
Konsultasi dengan orang terdekat : gejala perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan dirumah.
b.Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).
Penerimaan terhadap sakit.
Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman / keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih buruk. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rebcana pengobatan dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.
c.Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
- 3 tipe informasi :
1. Validasi keadaan sakit.
2. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
3. Keyakinan bahwa mereka akan baik.
- Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali pada posisi kesehatan.
d. Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi pasien yany tergantungan untuk memperoleh bantuan.
Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
®Perawat Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien di kaitkan dengan tahap perkembangan. Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.
e. Tahap Penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakitnya.
Pengaruh
Budaya Terhadap Konsep Sehat dan Sakit serta Implikasinya terhadap Perilaku
1. Arti
Sehat
Menurut Freund (1991), berdasarkan kutipan the International Dictionary of Medicine and
Biology, kesehatan adalah suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu
organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak
adanya penyakit, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu
keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat.
2. Pengaruh
Budaya terhadap Konsep Kesehatan
Pengaruh budaya juga merupakan penentu konsep kesehatan. Hal
ini mengacu pada pengertian kesehatan yang dibuat oleh WHO, yaitu kesehatan
adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial,
dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan.pengertian itu berdampak kebijakan di bidang kesehatan mengalami
perubahan.
Berbagai teknologi modern ditemukan sehingga berbagai macam
penyakit dan gangguan lainnya bisa diatasi. Saat ini usaha-usaha itu mengalami
pergeseran. Upaya kesehatan saat ini mengacu kepada usaha pencegahan terhadap
kemungkinan menurunnya kualitas hidup individu sehingga kondisi sehat bisa
dijaga sedemikian rupa dan penyakit tidak sampai dialami oleh individu.
3. Model-model
Kesehatan Barat dan Timur
Model-model kesehatan muncul karena banyaknya asumsi
mengenai kesehatan, seperti halnya model kesehatan dari Barat dan juga Timur.
Akan tetapi, dalam model-model itu terdapat variasi yang disebabkan karena
adanya perbedaan budaya di antara model-model tersebut.
Model Biomedis (Freund, 1991)memiliki 5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata
antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh
tertentu. Kedua, penyakit dapat
direduksi pada gangguan fungsi tubuh, baik secara biokimia atau
neurofisiologis. Ketiga, setiap
penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang berpotensi dapat
diidentifikasi. Keempat, melihat
tubuh sebagai suatu mesin. Kelima,
konseb tubuh adalah objel yang perlu diatur dan dikontrol.
Model Psikiatris, merupakan model yang berkaitan
dengan model biomedis. Model ini
masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu oenyakit dan
penggunaan treatmen fisik obat-obatan atau pembedahan
untuk mengoreksi abnormalitas.
Model Psikosomatis (Tamm, 1993), merupakan model yang
muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini
menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa disebabkan oleh
antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang
tidak disertai oleh simtom-simtom somatik.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Zaman
dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat
dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam
penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai
besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan
perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Kesehatan
mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan
konten yang sebenarnya melalui "pribadi" pengalaman berkumpul oleh
ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang
lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam
konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut
hanya kejiwaan.
Kesehatan
mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II .Sejak awal perang dunia ke II
kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang – orang .Dalam
bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah
terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya
mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Seperti juga psikologi yang mempelajari
hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka
masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam
bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang
menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat
dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam
penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai
besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang
mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu
mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah
salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi
orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini
selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang
mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan. Tokoh lain yang
banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford
Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua
tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan
kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum
tersebut.
Di
dalam bukunya ”A Mind That
Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan
terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam
asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang
definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Oleh keyakinan ini ia
kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
- Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
- Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
- Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
- Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
Pendekatan Kesehatan Mental
Orientasi
Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan
dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa
keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak
mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya
tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah
ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang
gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang yang memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat
mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai
tidak sehat mental.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian
diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan
tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan
terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau
tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental
didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Orientasi
Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah
mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau
menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa
Sumber :
Whitbourne,Halgin.Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba
Humanika.2010
Tugas 2.
Kepribadian Sehat Berdasarkan Aliran
Psikoanalisis
Psikoanalisis
merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali
diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang
mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan
jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan
bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau
dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. menurut teori
psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi
dari kesadaran individual.
A. Kepribadian yang sehat
menurut psikoanalisis:
Apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
Apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi
secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id
secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan
yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
-
Super Ego merupakan
gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan
lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang
dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena
itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Meskipun masing-masing bagian dari
kepribadian total ini mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip
kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat
satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya
dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku
hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem
tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
B. Kepribadian Sehat
Menurut Aliran Behavioristik
Behaviorisme
juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa
pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki
batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang
yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh
John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut
behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
C. Kepribadian Sehat
Menurut Aliran Humanistik
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme.
Maslow menyebut psikologi humanistik
sebagai “kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai
kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan
pesimistik ala psikoanalisa.
Kepribadian yang sehat menurut
humanistic, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya .
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya .
Sumber :
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar
psikologi umum. Jakarta:Rajawali Pers.Schultz,
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Tugas 3.
Penyesuaian
Diri & Pertumbuhan
Penyesuaian
diri : dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery)
Kondisi-kondisi untuk bertumbuh :
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
Kondisi-kondisi untuk bertumbuh :
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
Manusia
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah
apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome.
Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai
dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome
maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia,
dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh
dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment
yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak
berlaku di lingkungan tersebut.
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang
yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri
bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas
atau kemampuan seseorang dalam
beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini
bervariasi antara yang
satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat
perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya
perbedaan kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau
budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya
perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan
turun dalam penyesuaian diri.
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu.
Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau
menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti
orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki
peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan
tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut.
Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi
melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan
hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah
faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini
disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih
sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan
atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam
pertumbuhan personal individu.
Factor yang mempengaruhi pertumbuhan personal ;
1.
Faktor biologis
Karakteristik anggota
tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat
kental.
2.
Faktor geografis
Faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3.
Faktor budaya
Tidak di pungkiri
kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan
berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama
juga.
Sumber
:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
Basuki,Heru.(2008).Psikologi
Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
Smeltzer
bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8
, EGC, Jakarta.
Basuki,
Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma