Tugas 1
Penyesuaian Diri
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada
lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi,
kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai
dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009:192).
Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Menurut Fromm dan Gilmore (dalam
Desmita, 2009:195) ada empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang
sehat antara lain :
a. Kematangan
emosional, yang mencakup aspek-aspek :
1.
Kemantapan
suasana kehidupan emosional
2.
Kemantapan
suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain
3.
Kemampuan
untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
4.
Sikap
dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri
b. Kematangan
intelektual, yang mencakup aspek-aspek :
1.
Kemampuan
mencapai wawasan diri sendiri
2.
Kemampuan
memahami orang lain dan keragamannya
3.
Kemampuan
mengambil keputusan
4.
Keterbukaan
dalam mengenal lingkungan
c. Kematangan
sosial, yang mencakup aspek-aspek :
1.
Keterlibatan
dalam partisipasi sosial
2.
Kesediaan
kerjasama
3.
Kemampuan
kepemimpinan
4.
Sikap
toleransi
d. Tanggung
jawab, yang mencakup aspek-aspek :
1.
Sikap
produktif dalam mengembangkan diri
2.
Melakukan
perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel
3.
Sikap
empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal
4.
Kesadaran
akan etika dan hidup jujur
Bentuk-bentuk
Penyesuaian Diri
Menurut Gunarsa (dalam Sobur,
2003:529) bentuk-bentuk penyesuaian diri ada dua antara lain:
a. Adaptive
Bentuk penyesuaian diri yang
adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini
bersifat badani, artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk
menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah
usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu panas atau dirasakan terlalu
panas.
b. Adjustive
Bentuk penyesuaian diri yang lain
bersifat psikis, artinya penyesuaian diri tingkah laku terhadap lingkungan yang
dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma. Misalnya, jika kita
harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah berduka cita karena kematian
salah seorang anggota keluarganya, mungkin sekali wajah kita dapat diatur
sedemikian rupa, sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut
menyesuaikan terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan Pribadi manusia adalah suatu proses organis
dan bukan suatu proses mekanis. Kita tidak lagi berbicara tentang membangun,
melainkan tentang mengasuh, tidak lagi tentang melekatkan dasar-dasar melainkan
tentang menumbuhkan akar-akar, tidak lagi menanamkan melainkan menstimulasi dan
menjawab kebutuhan-kebutuhan secara baik.
Dengan adanya naluri yang dimiliki suatu individu, dimana ketika dapat
melihat lingkungan di sekitarnya maka secara tidak langsung maka individu akan
menilai hal-hal di sekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika
suatu individu berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu
norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan
memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di
lingkungan masyarakat yang disiplin yang menerapkan aturan-aturan yang tegas
maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi
kepribadian yang disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu
individu berada di lingkup keluarga yang religius maka individu tersebut akan
terbawa menjadi pribadi yang religius.
1. Penekanan Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
2. Variasi Dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan yang
menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu
mungkin terdapat dalam dirinya atau diluar dirinya.
3. Kondisi - Kondisi Untuk Bertumbuh
Struktur jasmaniah
merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem
saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian
diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf,
kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah
laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik
merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping
itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri,
kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam
kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
SUMBER :
Tugas 2
Hubungan
Interpersonal
Hubungan Interpersonal yaitu ketika
kita berkomunikasi dengan seseorang, kita tidak hanya menyampaikan isi pesannya
saja melainkan menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Menurut psikologi komunikasi,
semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka seseorang
itu untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat dalam persepsinya tentang
dirinya dan orang lain, serta semakin efektifnya komunikasi diantara komunikan.
a. Model-model hubungan Interpersonal
1. Model
Pertukaran Sosial
Model ini
memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya.
Thibault dan
Kelley menyimpulkan pertukaran sosial sebagai berikut : “ Asumsi dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.”
2.
Model Peranan
Model peranan
menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap orang
harus memerankan peranannya sesuai naskah yang dibuat oleh masyarakat dan
hubungan interpersonal berkembang baik jika setiap individu bertindak sesuai
perannya.
3. Model Interaksional
Model
interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap
sistem memiliki sifat-sifat struktural, integrative, dan medan.
Setiap hubungan interpersonal harus
dilihat dari dari tujuan bersama, metode
komunikasi, ekspektasi, dan pelaksanaan peranan.
b. Memulai hubungan
· Pembentukan kesan dan ketertarikan
interpersonal dalam memulai hubungan
Pembentukan
kesan sangat penting untuk ada nya ketertarikan interpersonal,ada tahap tahapan
untuk menjalin hubungan interpersonal antara lain :
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Peneliti telah menemukan
hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama: “fase kontak yang
permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
Menurut
Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan
pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis
b) sikap danpendapat (tentang orang atau
objek)
c) rencana yang akan dating
d) kepribadian
e) perilaku pada masa lalu
f) orang lain
g) hobi dan minat
c. Intimasi dan hubungan pribadi
Hubungan
intim merupakan sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh
kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitive serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
Intimasi
juga adalah salah satu atribut yang paling menonjol dalam suatu hubungan intim
daripadahubungan pribadi yang lain. Keintiman (intimacy) sangat
berkaitan dengan derajat kecintaan, kepercayaan, kepuasan, tanggung jawab dan
pengertian pasangandalam hubungan yang dekat (intim).
Dalam
interaksi antar individu, biasanya ada daya tarik yang menjalin sebuah hubungan
yang intim. Adapun beberapa bentuk hubungan intim, yaitu sebagai berikut :
1. Persaudaraan
Hubungan
intim ini didasarkan pada hubungan darah. Hubungan intim interpersonal dalam
persaudaraan terdapat hubungan inti seperti dalam keluarga kecil. Pada
persaudaraan itu didalamnya terkandung proximitas dan keakraban.
2. Persahabatan
Persahabatan
biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan.
Utamanya persamaan usia.
Hubungan
intim dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara
mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan
psikologis.
Biasanya
dalam terjalinnya persahabatan karena mereka sering bertemu, merasa bebas
membuka diri, bebas menyatakan emosi, dan saling tergantung satu sama lain.
3. Percintaan
Persahabatan antar pria dan wanita
bisa menimbulkan benih-benih cinta sehingga akhirnya saling jatuh cinta, hal
itu disebabkan karena dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial
seksual.
d.
Intimasi dan
Pertumbuhan
Hal
yang mempengaruhi keintiman itu tumbuh adalah cinta. Dan keintiman tidak akan
tumbuh jika tidak ada cinta. Keintiman adalah proses menyatakan siapakah kita
sebenarnya kepada rang lain, keintiman juga suatu kebebasan menjadi diri
sendiri. Dan keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim.
Namun
banyak respon alami kita adalah menolak untuk terbuka terhadap pasangan karena
beberapa hal, yakni :
1. Tidak mengenal dan menerima siapa diri kita
secara utuh.
2. Tidak menyadari
bahwa hubungan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan.
3.
Tidak mempercayai pasangan dalam memegang rahasia.
4. Kita dibentuk menjadi seseorang yang
berkepribadian tertutup.
5.
Memulai hubungan atau pacaran bukan dengan cinta yang tulus.
SUMBER :
Tugas
3
Cinta seringkali
dijadikan bahasan yang tak pernah bosan untuk diperbincangkan meski seringkali
ia buntu dalam definisi dan tak masuk logika memakainya, tapi bukan brarti tak
memiliki arti dan makna yang hakiki dan sejati tentunya yang dari dan telah
menghadirkan cinta itu sendiri, yang maha memiliki.
A. BAGAIMANA MEMILIH PASANGAN
Memilih pasangan hidup merupakan sesuatu hal yang sangat penting hukumnya atau (wajib), Karna dalam hidup apa lagi sih yang kita cari kalo bukan jodoh kita. Salah satunya pasangan hidup merupakan tujuan utama dalam hidup ini, karna menurut agama kenapa Allah menciptakan Perempuan dan Laki-laki. agar mereka bisa hidup berpasang-pasangan.
1. Pilihlah karena Agamanya..
2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling dekat dengannya dan dapat kita percaya..
3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat..
4. Shalat istikharah untuk mohon petunjuk kepada ALLAH juga patut dilakukan..
5. Apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala akan keputusan-NYA, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah..
6. Dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena berbekal ilmu adalah lebih baik daripada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru.
Memilih pasangan hidup merupakan sesuatu hal yang sangat penting hukumnya atau (wajib), Karna dalam hidup apa lagi sih yang kita cari kalo bukan jodoh kita. Salah satunya pasangan hidup merupakan tujuan utama dalam hidup ini, karna menurut agama kenapa Allah menciptakan Perempuan dan Laki-laki. agar mereka bisa hidup berpasang-pasangan.
1. Pilihlah karena Agamanya..
2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling dekat dengannya dan dapat kita percaya..
3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat..
4. Shalat istikharah untuk mohon petunjuk kepada ALLAH juga patut dilakukan..
5. Apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala akan keputusan-NYA, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah..
6. Dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena berbekal ilmu adalah lebih baik daripada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru.
B. SELUK BELUK HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
Perkawinan sebenarnya adalah pertemuan dua orang manusia
berlainan jenis, yang diikat oleh sebuah perjanjian sehingga menyatu secara
fisik dalam bentuk pesetubuhan serta hubungan badan lainnya dan secara batin
dalam bentuk ikatan batin untuk mencapai tujuan perkawinan.
Perkawinan dimulai dari perjanjian antara calon suami dan calon isteri yang disebut kontrak perkawinan. Kontrak ini dilakukan di depan seorang penghulu sebagai pencatat kontrak, mirip seorang notaris dalam perjanjian biasa, disaksikan paling tidak oleh dua orang saksi dan pembayaran mas kawin oleh suami kepada isteri dalam jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Perkawinan dapat disebut sebagai salah satu lembaga masyarakat yang melahirkan berbagai hubungan. Pertama adalah hubungan darah kepada anak cucu. Kedua adalah hubungan semenda kepada keluarga asal kedua belah pihak. Ketiga adalah hubungan kewarisan. Keempat adalah hubungan hak dan kewajiban. Ini tentu di samping hubungan ketetanggaan karena sebuah keluarga hidup salam suatu lingkungan masyarakat. Begitu banyaknya hubungan yang dilahirkan oleh lembaga ini sehingga memerlukan pengaturan yang rinci dari agama dan/atau perundang-undangan negara.
Perkawinan dimulai dari perjanjian antara calon suami dan calon isteri yang disebut kontrak perkawinan. Kontrak ini dilakukan di depan seorang penghulu sebagai pencatat kontrak, mirip seorang notaris dalam perjanjian biasa, disaksikan paling tidak oleh dua orang saksi dan pembayaran mas kawin oleh suami kepada isteri dalam jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Perkawinan dapat disebut sebagai salah satu lembaga masyarakat yang melahirkan berbagai hubungan. Pertama adalah hubungan darah kepada anak cucu. Kedua adalah hubungan semenda kepada keluarga asal kedua belah pihak. Ketiga adalah hubungan kewarisan. Keempat adalah hubungan hak dan kewajiban. Ini tentu di samping hubungan ketetanggaan karena sebuah keluarga hidup salam suatu lingkungan masyarakat. Begitu banyaknya hubungan yang dilahirkan oleh lembaga ini sehingga memerlukan pengaturan yang rinci dari agama dan/atau perundang-undangan negara.
C. PENYESUAIAN DAN PERTUMBUHAN DALAM
PERKAWINAN
Hirning
dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan
itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat.
Dua orang memasuki perkawinan
harus menyesuaikan satu sama lain dengan
tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan
diri dengan sensori, motorik, emosional dan kapasitas intelektual dan
kebutuhan. Untuk tingkat kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan
diri dengan kebiasaan, keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat,
konsep ego, dan kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan
mereka, termasuk rumah tangga yangbaru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan
pekerjaan.
D. PENCERAIAN & PERNIKAHAN KEMBALI
Perceraian dalam tinjauan sosiologis adalah
sebuah kajian yang membahas seluk beluk perceraian dari sudut pandang sosial
kemasyarakatan (sosiologis). Secara
sosiologis dalam teori pertukaran, perkawinan digambarkan sebagai pertukaran
antara hak dan kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang terjadi antara
suami dan istri (Karim dalam Ihromi, 1999). Sebuah perkawinan membutuhkan
kesepakatan-kesepakatan bersama dalam mendukung proses pertukaran tersebut.
Perceraian
merupakan terputusnya hubungan antara suami istri, yang dalam hal ini adalah
cerai hidup yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan
obligasi peran masing-masing. Dimana perceraian dipahami sebagai akhir dari
ketidakstabilan perkawinan antara suami istri yang selanjutnya hidup secara
terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.
Perubahan tingkat perceraian dan faktor penyebabnya,
merupakan indikasi terjadinya perubahan sosial lainnya dalam masyarakat. Sistem
sosial sedang bergerak cepat atau lambat ke arah suatu bentuk sistem keluarga
konjugal dan juga ke arah industrialisasi. Perubahan sistem keluarga
menyesuaikan diri pada kebutuhan industrialisasi. Dengan industrialisasi
keluarga tradisional (sistem keluarga yang diperluas atau gabungan) sedang
mengalami kehancuran, dimana keluarga konjugal (keluarga inti) cocok dengan
kebutuhan industrialisasi (Goode, 2007).
E. SINGLE LIFE
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan
perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih
hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel.
Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi
pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang
paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin
kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.Banyak
pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih
mendapat prioritas utama.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga
mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka
dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak
yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau
jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
SUMBER :
Chaplin,J.P. (a.b. Kartini Kartono). (2001). Kamus
Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.