Sabtu, 20 Oktober 2012

PSI & Teknologi Internet Post: 4


Komunitas Online
Komunitas adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi diantara anggotanya berdasarkan adanya kesamaan. Di era internet siapapun bisa membuat dan menyebarkan informasi. Namun sepenting apapun informasi itu bila hanya disuarakan satu orang onliner tentu saja tidak akan berhasil. Disinilah peran sebuah komunitas online diperlukan.

Komunitas online yang berada di luar Learning Management System menyediakan sarana bagi calon mahasiswa, mahasiswa, dosen, staff, dan alumni dari berbagai program kami yang tersebar di Indonesia dan luar negri untuk tetap dapat saling terhubung. Kami ingin Anda berpartisipasi berbagi pengalaman selama di Binus Online Learning, saling mendukung rekan yang lain, dan memberikan saran atau kritik yang dapat membantu kami untuk terus meningkatan layanan di Binus Online Learning.
Berikut ini adalah beberapa hal yang tidak pantas dibagikan pada komunitas online kita bersama
·      Penggunaan kata-kata yang kasar
·      Komentar yang menjatuhkan anggota komunitas tertentu
·      Materi terkait SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan)
·      Materi terkait pornografi
·      Materi yang memiliki hak cipta orang lain
·      Materi yang tidak etis secara akademis ataupun tentang kecurangan
Komunitas online merupakan komunitas yang mempunyai keunikan tersendiri. Dibilang unik karena para anggota didalam sebuah komunitas online bisa secara bersama-sama melakukan suatu aksi tanpa harus berkumpul di satu tempat.
Dengan adanya komunitas online maka anda dapat memasarkan produk bisnis yang dimiliki ke anggota komunitas online lainnya, tentu saja pengiklanan ini harus satu arah dengan tujuan komunitas online tersebut dibentuk jangan sampai nanti anda dikeluarkan oleh pemilik groups karena kesalahan anda tersebut.
Sebuah komunitas harus melakukan kegiatan rutin yang menandakan bahwa komunitas itu eksis. Dengan kata lain sebuah komunitas tanpa kegiatan menandakan komunitas itu mati



Polarisasi Kelompok
Polarisasi Kelompok adalah intensifikasi dari suatu pre-existing awal kelompok pilihan (Baron et al. 1992 : 73)a tau kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.
 Efek polarisasi menyinggung pada rata-rata score individu sebelum dan setelah diskusi kelompok. Anggota kelompok paling ekstrim, mungkin sekali , sudah menjadi lebih moderat setelah diskusi itu. Tetapi pada rata-rata pertimbangan atau pilihan sudah menjadi yang lebih ekstrim.

Dalam semua kasus proses diskusi kelompok cenderung untuk memperdalam pendapat anggota kelompok. Ini hanya benar, bagaimanapun, jika anggota kelompok yang pada awalnya pada dasarnya setuju. Efek polarisasi adalah juga terbatas pada isu secara relatif penting. Jika isu kelompok cukup tak penting depolarisasi dapat terjadi: setelah diskusi kelompok posisi rerata adalah lebih sedikit ekstrim dibanding sebelumnya ( Kerr, 1992).
Suatu komunikator ekstrim dari suatu pendapat yang dapat diperbandingkan ke posisi diri sendiri dirasakan sebagai yang lebih berkompeten dan polos dibanding suatu komunikator moderat ( Myers dan Lamm, 1976). Keinginan untuk diterima oleh anggota kelompok yang lebih ekstrim, dan kecenderungan untuk merasa dan menyajikan dirinya sebagai anggota dari suatu dengan baik dirasa ’ didalam-kelompok’ keduanya berperan untuk efek polarisasi. Efek ini diperkuat oleh komitmen lisan bagi suatu posisi yang dinyatakan lebih dahulu didalam diskusi kelompok: setelah itu suatu perubahan posisi didalam arah kecenderungan awal ( yaitu. polarisasi) adalah lebih mudah dilaksanakan dibanding suatu perubahan dalam arah kebalikannya ( Ferrell, 1985; Myers dan Lamm, 1976).




Kelompok Kerja Virtual

Kelompok kerja virtual merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja secara terpisah untuk mengerjakan suatu proyek yang diperintahkan atasan dalam pekerjaan. Pekerjaan ini menggunakan jaringan internet yang terpisah beda ruangan bahkan beda negara sekalipun.

Tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dari tim yang bertemu muka
secara langsung adalah :
(1) ketiadaan isyarat-isyarat paraverbal dan nonverbal;
(2) konteks sosial yang terbatas; dan
(3) kemampuan untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.


Tim kerja virtual bisa sangat luwes dan terampil karena memang disiplin dan dipinpin oleh siapa saja yang memiliki keahlian dan keterampilan yang paling diperlukan dalam penanganan suatu proyek. Bukan oleh seseorang yang kebetulan menduduki jabatan manager dalam perusahaan.
Tim Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama.Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.
Seorang pimpinan perusahaan yang berani keluar dari perangkap gaya kerja ini mengatakan, bahwa yang paling penting adalah kekuatan pengukuran kinerja yang diukur dari setiap karyawan. Untuk melepas keseragaman dan disiplin kerja, kita perlu mempunyai kekuatan pengukuran kinerja yang bukan hanya berorientasi pada hasil akhir saja tetapi juga menjamin  berjalannya coaching

Tidak ada komentar:

Posting Komentar